Prof. Asasriwarni Khatib Shalat Idul Adha di Pemko Bukittinggi - Pikiran Rakyat News

Breaking

Wednesday, July 6, 2022

Prof. Asasriwarni Khatib Shalat Idul Adha di Pemko Bukittinggi

                                                                Prof. H. Asasriwarni

Bukittinggi, Pikiranrakyatnews.my.id--
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol dan juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Prof. Asasriwarni menjadi Khatib pada pada Shalat Idul Adha Pemko Bukittinggi di Lapangan Kantin, Minggu (10/07). Judul Khutbahnya, makna haji dan qurban pasca pandemi covid-19.

Asasriwarni mengatakan, terjadinya perbedaan pendapat pada penetapan1 Dzulhijah yang berdampak pada penetapan 10 Dzulhijah atau Idul Adha adalah rahmat, sehingga tak perlu diperbesar persoalan tersebut.

Sebab, ada Idul Adha ada yang diselenggarakan pada 9 Juli 2022 dan ada juga pada 10 Juli 2022. Kedua metode penghitungan penetapan 1 Dzulhijah dengab sistem hisab dan rukhyah sama-sama benar dan umat wajib mematuhinya.

Menurutnya, berbeda pendapat itu dalam Islam disebut IkhtIlaful Ummati Rahmah yang artinya berbeda pendapat itu rahmat. Pelaksanaan rukyah tahun ini dilakukan pada 86 titik yang tersebar di 34 Propinsi di Indonesia  yang dilakukan ketika matahari terbenam. Ternyata dari 86 titik tersebut,  termasuk di Sumatera Barat yang dilaksanakan bertempat di lantai 4 Gedung Dinas Kebudaya Sumbar tidak satupun terlihat.

Lebih jauh disebutkan, ibadah haji dan qurban selalu mengingatkan umat manusia kepada
peristiwa-peristiwa tertentu yang pernah dialami Nabi Ibrahim dan keluarga seperti Siti Hajar dan Nabi Ismail. Sebagai 'Bapak' dari agama-agama monotheisme, Nabi Ibrahim dan keluarganyatelah menunjukkan tauladan yang terbaik bagi umat manusia.

Guna menegakkan kalimat tauhid, nabi Ibrahim harus berhadapan langsung dengan ayah kandungnya Azar, seorangpembuat patung yang musyrik. Kemudian juga harus
berhadapan dengan raja Namrud, yang mengaku sebagai Tuhan, Ibrahim divonis, dibakar hidup-hidup, namun Allah menyelamatkannya.

Pergumulan batin yang amat berat dialami Nabi Ibrahim adalah ketika menerima perintah untuk menyembelih anaknya, Ismail as. Darah daging si buah hati, yang ditunggu kelahirannya selama delapan puluh tahun lebih, anak yang baru berusia remaja awal, pintar dan menggemaskan. Milik yang paling berharga bagi seorang Bapak dan Ibu. Namun demikian, atas dasar iman kepada Allah, Ibrahim AS melaksanakan perintah itu dengan ikhlas, setelah dapat mengalahkan godaan syetan, baik Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail kemudian melemparnya. Ini pula yang dijadikan jama’ah haji untuk melempar Jumrah diMina, ‘Aqabah ula dan Wustha yang setan itu tetap menggoda umat manusia sampai kapan pun.  

Dikatakan Asasriwarni, Bukittinggi yang dicintai tersebut terlihat dari visi misi Bapak H. Erman Safar, SH selaku Walikota Bukittinggi dan Bapak H. Marfendi selaku Wakil Walikota Bukittinggi “menciptakan Bukittinggi berlandaskan Adat Basandi Syarak. Syarak Basandi Kitabullah” dengan tujuh misi. Seperti hebat dalam sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan,
kepariwisataan, seni budaya dan olahraga, tata kelola pemerintahan, sosial kemasyarakatan dan pertanian.
 
Ibadah haji melibatkan proses perpindahan dari tataran kehidupan profan kepada kesucian (ihram), yang disimbolisasikan dengan pakaian ihram, yang serba putih tanpa jahitan. Proses penyucian diri tidak hanya mencakup penyucian fisik, ritual-ritual purifikasi, tetapi juga penyucian diri dari tanda-
tanda lahiriah yang menunjukkan diferensiasi sosial, sehingga betul-betul menemukan keshalehan sosial, tidak hanya sebatas manusia tetapi juga terhadap alam lingkungan, sehingga Islam betul-betul menjadi Rahmatalil’alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta).

"Karena itu, di hari yang suci ini, apapun profesi dan status sosial kita, marilah samsa-sama membuka mata hati, dan menumbuhkan kesadaran bahwa hidup kita tidak hanya di dunia,"ujarnya. Dunia adalah perantara dan bekal untuk akhirat. Mari manfaatkan segenap apa yang Allah berikan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 
 
Sudah saatnya meninggalkan seluruh perbuatan yang merugikan diri dan orang lain, yang merusak iman dan akhlakul-karimah. Seperti berbagai hal disaksikan yang terjadi terngah-tengah kita.
 
Sudah saatnya meninggalkan sifat-sifat munafik dan fasiq. Mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi masih saja melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah. PR-09

No comments:

Post a Comment

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS