Limapuluh Kota, Pikiranrakyat News---
Sebanyak 28 unit rumah rusak, satu jembatan putus, 4 titik saluran pipa Pamsimas (air bersih,-red) jebol dan 30-an hektare lahan pertanian serta perkebunan milik warga, rata oleh material galodo.
Itulah dampak dari galodo yang menghantam 5 jorong di dua nagari berbeda di Kecamatan Lareh Sago Halaban, Limapuluh Kota, masing-masing Balai Panjang dan Batu Payuang, dihantam galodo (banjir bandang) Kamis (24/8) dini hari. Pembabatan hutan dan galian C ilegal, diduga memicu bencana.
Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota belum berani menaksir, berapa total kerugian material akibat peristiwa tersebut. "Masih kita hitung," aku Plt Sekdakab Muhammad Yunus, Kepala BPBD Hendra Yonni, Kepala Pol PP Nasriyanto dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Yunire Yunirman.
Sebelum dihantam galodo, kawasan Payakumbuh dan Limapuluh Kota sejak beberapa hari terakhir diguyur hujan deras. Sebanyak enam titik tebing perbukitan di gugus Bukit Barisan, terkelupas. Kayu-kayu inilah yang bertumbangan. Diduga bekas pembabatan hutan.
Warga menuturkan, beberapa bulan lalu, perbukitan tersebut mengalami kebakaran. Kebakaran dipicu dua sebab, pertama dugaan pembukaan lahan, kedua untuk pengolahan kayu. "Kayu banyak keluar dari sana," kata beberapa pegusaha perabot di pasar Payakumbuh.
Biasanya, kayu dari Lareh Sago Halaban ini, disuplai untuk sejumlah sawmill yang berada di Kecamatan Luhak dan Kota Payakumbuh. Bahkan, sampai ke daerah tetangga. "Dari sawmill, kayu diolah. Dijual ke Kota dan Kabupaten di Sumbar," tukuk sejumlah mantan pemain kayu ilegal.
Alih-alih ditindak tegas, kondisi ini diperparah lagi dengan adanya dugaan aktifitas penambangan pasir dan batu secara liar. Akibatnya, ketika hujan tak berhenti sejak beberapa hari terakhir, perbukitan memuntahkan material tanah, kayu dan bebatuan.
Muntahan itu pula membuat Batang Mangkisi, aliran Sungai di Balai Panjang yang bermuara ke Batang Sinamar, meluap. Pengakuan Zul Majo, 61, tetuah kampung di Jorong Tampuang Kodok, satu dari 3 jorong yang terdampak galodo di Nagari Balai Panjang, biasanya sungai tersebut sangat tenang. Airnya jernih. Tidak seperti kemarin yang keruh.
Dari atas sungai ini pula, berdiri kokoh sebuah jembatan beton penghubung Jorong Lurah Bukik dengan Toreh dan Subarang Aia, di Nagari Batu Payuang. Panjangnya 12 meter. Kemarin, jembatan itu putus dihantam kayu berukuran raksasa. Tidak sedikit jumlah kayu yang menghondoh.
"Kayu ini dari perbukitan. Dugaan kami, ada aktifitas perambahan hutan. Ini perlu ditelusuri," kata Wakil Ketua DPRD Limapuluh Kota Sastri Andiko Dt Putiah yang datang ke lokasi kejadian, bersama anggota DPRD asal Kecamatan setempat, Wirman Dt Pangeran.
Selain menghantam Jorong Tampuang Kodok, galodo juga merusak pemukiman penduduk, lahan pertanian, perkebunan dan fasilitas umum di dua Jorong lainnya di Nagari Balai Panjang. Masing-masing, Jorong Lurah Bukik dan Jorong Tareh.
Untuk bencana galodo yang menimpa Nagari Batu Payuang, terdampak di dua Jorong. Masing-masing Jorong Subarang Aia dan Jorong Kubang Rasau. "Di Jorong Lurah Bukik, satu jembatan permanen ukuran 12 meter putus," sebut Kepala BPBD Hendra Yoni.
Sedangkan di Tampuang Kodok, sebuah jembatan juga mengalami keretakan. Untuk empat saluran air bersih yang rusak, terletak di Jorong Lurah Bukik, Tampuang Kodok, Tareh dan Subarang Aia.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Eki Hari Purnama yang menerima laporan dari Walinagari dan Camat Lareh Sago Halaban menyebut, sebanyak empat titik irigasi mengalami kerusakan akibat bencana tersebut.
"Irigasi itu, terletak di Batang Mangkisi yang mengaliri sawah warga hingga hitungan 250 hektare, kemudian irigasi di Jorong Kubang Rasau, irigasi Gudang Tembok dan irigasi Lereng Guntuah," sebut mantan wartawan Singgalang itu.
Dinas Pekerjaan Umum, BPBD, Damkar dan Tagana yang turun ke lokasi kejadian merinci, ke-28 unit rumah warga yang rusak tersebut tersebar di Lurah Bukik 1 unit, Tampuang Kodok 4 unit, Jorong Tareh 21 unit, Kubang Rasau 1 unit dan terakhir di Subarang Aia 1 unit.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Limapuluh Kota Indrawati Munir membeberkan, akibat bencana kemarin, SDN 03, salah satu sekolah di Balai Panjang, juga mengalami kerusakan. "Ada ribuan buku dan sarana prasarana sekolah rusak, digenangi lumpur," kata Indrawati Munir.
Di SDN 03 itu, jumlah muridnya ada 256 orang. Kemungkinan, aktifitas belajar mengajar akan berhenti selama beberapa hari ke depan. "Jadi, tadi kita dibantu Tagana, Basarnas, BPBD, Damkar, warga, Polri, TNI dan seluruh elemen, bersama murid, sudah gotong royong," aku Indrawati Munir.
Aksi bersih sekolah pasca bencana ini kata Indrawati akan tetap berlanjut, Jum'at (25/8) hari ini. "Besok, bersama Bunda PAUD yang juga Ketua TP PKK, ada bantuan yang disalurkan untuk aktifitas pendidikan. Tadi saya dihubungi langsung ibu Mona (Ketua TP PKK,-red)," jelas Indrawati. Bantuan yang paling diperlukan, buku.
Proses tanggap darurat dilakukan maksimal oleh Pemkab Limapuluh Kota. Seluruh kekuatan OPD, TNI, Polri disatukan. PDAM dan BPBD, melakukan suplai air bersih ke jorong-jorong terkena bencana. Masyarakat berebut mendapatkannya.
"Suplai air bersih kami, itu tadi sudah dilakukan empat kali. Oleh PDAM beberapa kali. Masih kurang, mengingat kebutuhan besar," kata Plt Kepala BPBD Hendra Yoni. Pemkab Limapuluh Kota, sudah mendirikan tenda sementara di sana.
Tenda ini, dimanfaatkan menjadi posko penanggulangan bencana, koordinasi dan mengambil keputusan, dalam melakukan penanganan pasca bencana. Tadi, kita kirim bantuan tenaga ke Lareh Sago Halaban. Anggota standby di sana. Bergabung dengan Pemkab, TNI dan relawan," sebut Kapolres Payakumbuh AKBP Kuswoto.009
No comments:
Post a Comment