Singapura, Pikiranrakyat News---
China kini membidik Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan China meningkatkan targetnya untuk berinvestasi di Asia Tenggara, khususnya di sektor infrastruktur.
Kawasan Asia Tenggara yang merupakan negara-negara berkembang sendiri membutuhkan pendanaan untuk membangun jalan, jalur kereta api, hingga pelabuhan. Semua itu dilakukan guna mencapai potensi ekonominya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (18/8/2017), Bank Pembangunan Asia (ADB) mengestimasikan bahwa negara-negara berkembang di seluruh Asia harus menginvestasikan 26 triliun dollar AS guna membangun seluruh infrastruktur, mulai dari jaringan transportasi sampai sistem air bersih hingga tahun 2030.
Tujuannya adalah untuk menjaga momentum pertumbuhan, mengurangi kemiskinan, dan menangkis perubahan iklim. Pada kondisi inilah peluang China untuk masuk.
Pada tahun 2015, pangsa investasi China ke negara-negara ASEAN masih relatif kecil, yakni 6,8 persen.
"Namun, perlahan korporasi-korporasi China mengambil alih kepemilikan saham yang lebih besar pada proyek-proyek infrastruktur besar di kawasan (Asia Tenggara)," kata Weiwen Ng, ekonom ANZ Banking Group di Singapura.
Pada tahun 2016, China menyumbang 14 persen dari total investasi asing yang masuk ke Thailand. Sementara itu, di Vietnam dan Indonesia masing-masing 8 persen. Adapun di Malaysia, China menyumbang 6 persen dari total investasi asing di sana.
Di Filipina, China hanya menguasai pangsa 0,14 persen. Berdasarkan sektor, menurut data ANZ, investasi China paling banyak masuk ke sektor energi, transportasi, dan real estate.
Ketiga sektor itu menyumbang 78 persen investasi kumulatif China dan kontrak konstruksi di ASEAN sejak tahun 2005 sampai semester I 2017.
Bagi China sendiri, peluang dan kesempatannya menguasai infrastruktur di Asia Tenggara amat signifikan.
Sebab, 10 negara anggota ASEAN merupakan beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di dunia, seperti Vietnam dan Filipina dengan rerata pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 persen.
Dengan jumlah populasi lebih dari 620 juta orang dan nilai ekonomi sebesar 2,6 triliun, potensi investasi di kawasan Asia Tenggara amatlah besar dan menggiurkan.
Pada tahun 2020, menurut prediksi Forum Ekonomi Dunia, ASEAN akan bertengger pada posisi kelima ekonomi terbesar di dunia.
Proyek raksasa China Belt & Road Initiative juga akan memperdalam tancapan kuku Negeri Tirai Bambu tersebut di ASEAN.
Berbagai proyek di kawasan itu akan menerima kucuran dana dari China, termasuk proyek kereta cepat baru dari China bagian selatan ke Laos dan kawasan industri di timur Thailand, serta proyek kereta api di Laos, Thailand, dan Indonesia. Namun demikian, derasnya investasi China bukan tanpa risiko.
"Meskipun negara-negara tujuan akan diuntungkan dengan peningkatan investasi dari China, namun ada peningkatan konsentrasi risiko ketika ASEAN sudah sangat terekspos pada China melalui perdagangan dan gelombang pariwisata," ujar Ng.#007/kompas.com
No comments:
Post a Comment