Padanglaring, Pikiranrakyatnews.my.id - Menjerit, menangis hingga suaranya parau akhirnya lemas dan tertidur. Begitulah segelumit penderitaan balita 2 tahun ini mengalami bocor jantung warga Korong Barat Padang Laring, Kenagarian III Koto Aur Malintang Utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman.
Sungguh memilukan, siapa saja yang melihat kondisi anak ini. Badannya kurus sekali, suaranya halus nyaris tak terdengar. Sungguh malang nasibnya, ia diagnosa oleh dokter penderita bocor jantung.
Shakira Putri Ananda (2). Nasib balita ini tidak seindah namanya. Dilahirkan di Padang Laring 12 Desember 2019, anak pertama dari pasangan Darwis (62) dengan Asnibar (42) warga Korong Barat, Padang Laring kedua orangtua balita malang ini bermata pencarian serabutan.
Sejak lahir, ia harus berjuang melawan penyakit tanpa mendapatkan perawatan medis yang memadai. Kondisi ini karena terbentur permasalahan ekonomi yang dialami kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya hanya buruh serabutan, sehingga tak mampu membayar biaya pengobatan penyakit jantung yang tergolong mahal. Kondisi perekonomai orangtuanya semakin memprihatinkan ketika Covid-19 melanda.
Padahal jalan satu-satunya balita malang ini harus di rujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Sementara kehidupan orangtuanya, jangan untuk biaya obat ke Jakarta, untuk makan sehari-hari saja sebagian besar berasal dari belas kasihan tetangga, sanak saudara dan orang kampung sekitar. Sangat menyedihkan.
Sungguh malang nasibmu nak... Mungkin ada hikmah di balik penderitaan kamu ini. "Shakira ini ketika penyakitnya kambuh, ia menjerit, pekik histeris sampai suaranya parau, halus nyaris tak terdengar kemudian tertidur. Begitulah kondisinya setiap hari," ujar Ratna Yanis, etek dari balita ini ketika ditemui di rumahnya di Korong Barat Padang Laring, Selasa (15/2).
Shakira diagnosa dokter bocor jantung diketahui setelah berumur 6 bulan. Balita ini sering dilarikan ke rumah sakit, karena tiba-tiba kejang, menjerit, menggelepar. Berdasarkan pemeriksaan dokter jantungnya membengkak dan tidak normal seperti bayi lainnya.
“Saya berdoa agar Shakira bisa dapat obat sampai sembuh, agar bisa menjadi anak normal seperti anak lainnya. Kami tidak sampai hati melihatnya menjerit, menangis, menggelepar. Kami tidak tahu apa lagi yang dilakukan," ujarnya Ratna yang didampingi ibu si anak dengan linangan air mata.
Ratna 'dinobatkan' jadi 'juru bicara' bayi malang tersebut, sebab kedua orangtuanya tidak berpendidikan, sehingga tak tahu apa yang akan disampaikan. Namun di gestur tubuh kedua orangtuanya itu tidak mau kehilangan anaknya. Ia berharap Tuhan segera mengangkat penyakit Sakhira dan berharap pula dermawan dapat menyisihkan rezekinya untuk membantu mereka.
Harapannya tentu pemerintah segera merujuk anaknya ke Rumah Sakit Harapan Kita untuk segera dioperasi, sehingga anaknya tidak terlalu lama menanggung sakit setiap harinya.
"Perwakilan Dinas Sosial dari Padang Pariaman dan Sumbar sudah dua kali datang ke sini untuk menjenguk Shakira. Kami menunggu surat dari dokter Rumah Sakit M. Jamil untuk segera di rujuk Rumah Sakit Jantung Jakarta. Sebab di Padang peralatan medis jantung ini tidak memadai menurut keterangan dokter M. Jamil," tambah Ratna lagi.
Dalam menunggu proses rujukan dokter tersebut, Ratna harap-harap cemas. Sebab meski biaya obat nanti sudah ditanggung oleh pemerintah untuk operasi di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Tentunya ada orang tuanya mendampinginya anak malang itu.
Inilah yang akan menjadi persoalan baru, sebab biaya makan di sana dia tidak punya uang. Jangan untuk biaya kehidupan nanti di Jakarta, untuk makan sehari-hari saja dari belasan kasihan orang banyak.
"Kami sangat berharap ada uluran tangan dermawan, untuk dapat membantu orang tua anak ini demi meringankan beban mereka. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang setimpal," tambahnya lagi.
Nasib mujur belum menghampir keluarga malang ini. Anak pertama Asnibar dengan lain ayah, Yola (21) menderita tumor ganas. Siswi yang bersekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kota Padang ini menderita penyakit tumor ganas di leher dan harus dioperasi pula.
Karena ketiadaan biaya, Yola terpaksa berobat kampung dan kini tidak lagi masuk sekolah. "Kata guru di sekolah nanti kalau sudah sehat boleh masuk sekolah lagi, tapi sampai saat ini belum juga tanda-tanda akan sehat. Sebab menurut keterangan medis tumornya harus diangkat, tapi kami tidak punya biaya untuk itu ya terpaksa diobat kampung saja," tambah Ratna.
Walinagari III Koto Aur Malintang Utara, Amri Besman yang didampingi Korong Padang Laring Barat, Hitra Riyanto saat menjenguk balita malang tersebut menyebutkan, telah berupaya menolong balita itu dengan menelpon Dinas Sosial Padang Pariaman.
"Kami telah menginformasikan ke Dinsos Padang Padang Pariaman untuk melihat kondisi anak ini, bagaimana baiknya agar bisa diobati. Perwakilan Kemensos RI dari Padang telah menjenguk anak ini, semoga ada kabar baik, anak ini bisa diobati," ujar Amri yang diamini Korong Barat Padang Laring, Hitra Riyanto.
Amri pun berharap bantuan para dermawan, agar dapat meringankan beban keluarga anak ini. Jika pun nanti biaya operasi Sakhira ditanggung oleh pemerintah, namun orangtua mendampinginya di Jakarta nanti tentu butuh biaya tidak sedikit.
"Saya hanya berharap semoga ada dermawan bermurah hati pula menyisihkan rezekinya baik itu warga Nagari III Koto Aur Malintang Utara yang ada di kampung maupun di perantauan menginfakkan rezekinya untuk meringankan beban anak ini. Allah pasti akan membalas dengan pahala setimpal," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, bagi umat Muslim menyisihkan hartanya untuk membantu dan meringankan beban orang lain, maka pahalanya lebih besar daripada iktikaf satu bulan di Masjid Nabawi, Mekkah.
Sungguh memilukan nasib mu Sakhira. Moga melalui media ini ada dermawan yang bermurah hati membantu.
Sungguh memilukan nasib mu Sakhira. Moga melalui media ini ada dermawan yang bermurah hati membantu.
Dalam seusia kamu telah menderita penyakit yang sungguh sangat berat. Semoga ada hikmah di balik penderitaan kamu ini. Oh Tuhan, malang benar nasib mu Naakk.(PR-02)
No comments:
Post a Comment