Pemerintah Indonesia saat ini telah membuka peluang penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke-80 negara.
Kondisi itu, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi PT Andalan Mitra Prestasi (AMP) untuk berbenah diri karena ada standar yang harus dipenuhi.
Demikian dikatakan Direktur Utama PT AMP H. Tafyani Kasim saat Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Div P3MI perusahaan tersebut di Whiz Prime Hotel Padang, Senin (21/8).
Hadir dalam acara pembukaan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumbar Nizam Ul Muluk dan Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumbar, Bayu Aryadi serta para mitra kerja PT. AMP dari luar negeri.
“Kita baru kerja sama dengan satu atau 2 negara. Kita harus melakukan konsolidasi karena untuk penempatan tentu ada standar dan syarat yang harus dipenuhi,” kata Tafyani.
Dia menjelaskan, untuk tahun 2023 ini, PT AMP secara nasional sudah mempunyai lebih dari seribu job order/permintaan kerja ke Malaysia. Namun, untuk pengiriman belum terealisasi sepenuhnya atau baru 25 persen saja karena terkendala situasi politik di Malaysia yang belum normal.
Tafyani mengatakan, pada September tahun ini diperkirakan situasi pengiriman PMI ke Malaysia sudah bisa normal kembali seperti sebelumnya.
Rakornis ini diikuti perwakilan dari 22 kantor cabang PT AMP di seluruh Indonesia beserta mitra kerja luar negeri diantaranya dari Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Singapura dan Polandia.
Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumbar Bayu Aryadi sangat mendukung Rakornis PT AMP ini bersama cabang dan mitra luar negeri .
Ia mengatakan pada tahun 2023 ini akan menjadi titik balik kebangkitan penempatan PMI karena pandemi sudah berlalu sehingga penempatan bisa kembali normal.
“Seiring pandemi yang sudah berlalu maka mari kita tingkatkan standar agar meningkat pula kuantitas/jumlah dan kualitas penempatan,” ujarnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumbar Nizam Ul Muluk mengatakan,bahwa magang kerja dan penempatan PMI menjadi salah satu solusi dalam menyerap tenaga kerja.
Dikatakannya setiap tahunnya tak kurang dari 50 ribu lulusan sarjana yang dihasilkan oleh perguruan tinggi negeri dan swasta di Sumbar. Tetapi sayangnya perguruan tinggi hanya mencetak tanpa melakukan kerja sama dengan industri sehingga tak terserap dunia kerja.
“Kita sudah banyak melakukan bursa kerja namun demikian banyak dari program studi di perguruan tinggi ternyata tidak laku oleh industri,” kata Nizam.
Dikatakannya, Disnakertrans Sumbar mendorong penempatan pekerja migran sebanyak-banyaknya namun dengan catatan juga harus meningkatkan monitoring dan evaluasi.
“Monev harus selalu ditingkatkan agar penempatan atau pun magang kerja dan sejenisnya bisa berjalan sesuai koridor dan seperti yang diharapkan tak tidak ada masalah di kemudian hari,” imbuhnya. PR/Kiki
No comments:
Post a Comment