Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza semakin menyedihkan. Tentara Israel (IDF) menyerang fasilitas kesehatan ini dan puluhan bayi prematur harus dipindahkan.Dilansir AFP Al Arabiya, Senin (20/11/2023), serdadu Israel memasuki wilayah RS Al Shifa pada Rabu (15/11) dini hari lalu. Saat itu, masih ada sekitar 2 ribu orang di dalam rumah sakit.
Sabtu (18/11) pagi, orang-orang terpaksa meninggalkan area rumah sakit. Mereka adalah pasien bercampur pengungsi perang, jumlahnya sekitar 2.500 orang. Namun 25 staf RS Al Shifa bertahan di lokasi merawat pasien yang tersisa.
Dilansir The Associated Press (AP) mengutip keterangan WHO, masih ada 291 pasien di RS Al Shifa pada Minggu (19/11) waktu setempat. Namun situasi semakin tidak kondusif karena serangan Israel semakin berisiko bahaya.
"Pasien termasuk 32 bayi dalam kondisi sangat kritis. Dua orang di dalam perawatan intensif tanpa ventilasi, dan 22 pasien dialisis yang aksesnya terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa sangat terancam," kata WHO dalam keterangannya, dilansir AL Jazeera.
Puluhan bayi dievakuasiMinggu (19/11) waktu setempat, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Medhat Abbas, mengonfirmasikan evakuasi terhadap 31 bayi dari RS Al Shifa. Sementara itu, pasien yang kritis masih di RS tersebut.
Layanan penyelamatan Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya mengevakuasi 31 bayi melalui koordinasi dengan badan-badan PBB. Dikatakan mereka, bayi prematur itu akan dipindahkan dari RS Al Shifa ke rumah sakit yang dikelola oleh Uni Emirat Arab di kota Rafah, Mesir. Belum ada komentar langsung dari WHO dan belum jelas apakah semua bayi telah dievakuasi.
Dilansir BBC, bayi-bayi itu juga dibawa ke RS Bersalin Al Helal Al Emairati di Rafah, Gaza bagian selatan. Nebal Farsakh, selaku juru bicara Bulan Sabit Merah, mengatakan kepada BBC bahwa satu bayi meninggal pada Jumat (17/11) malam dan satu lagi pada Sabtu (18/11) pagi.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menggambarkan upaya para pekerja kesehatan di Jalur Gaza sebagai para sosok yang "heroik".
Bayi-bayi tersebut didampingi oleh enam petugas kesehatan dan 10 anggota keluarga staf, kata Dr Tedros. Nebal Farsakh mengatakan bayi-bayi itu harus "dibungkus dengan kertas timah untuk menjaga suhu tubuh mereka - namun kondisi kesehatan mereka baik".
Dia mengatakan orang tua yang selamat telah diperintahkan untuk meninggalkan Kota Gaza tempat RS al-Shifa berada sebelum bayi-bayi tersebut dievakuasi, dan keberadaan mereka saat ini tidak diketahui.
Lewat Pengeras Suara, Israel Perintahkan Evakuasi Pasien RS Al-Shifa!, Dr Mohammad Zaqout, direktur umum rumah sakit di Jalur Gaza, mengatakan kepada kantor berita AP bahwa beberapa bayi mengalami dehidrasi atau menderita maag karena air yang tidak bersih.
Kurangnya obat-obatan telah menyebabkan orang lain terkena sepsis, dan beberapa mengalami hipotermia karena tidak dapat ditempatkan di inkubator. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 13.000 orang telah tewas di Jalur Gaza sejak perang dengan Israel dimulai.
Sebelumnya, Dr Marwan Abu Saada, kepala departemen bedah umum di Rumah Sakit Al Shifa, Gaza, mengatakan ada beberapa bayi prematur meninggal dunia.
"Dua bayi meninggal saat listrik di rumah sakit padam. Karena kekurangan oksigen. Yang ketiga meninggal karena gastroenteritis," kata Dokter Abu Saada kepada wartawan BBC Arabic, Ethar Shalaby.
Dokter Marwan Abu Saada adalah kepala dari unit bedah umum di RS Al-Shifa Gaza. Dr Abu Saada mengatakan rumah sakit tidak memiliki kontak dengan orang tua atau wali yang masih hidup dari para bayi itu. Di tengah kekacauan perang, kerabat lainnya juga tidak bisa mereka temukan.
Dua bayi di antaranya ditemukan sendirian setelah terjadi penembakan, lalu dibawa ke rumah sakit. Empat lainnya dilahirkan melalui operasi sesar setelah ibu mereka meninggal. detikNews/PR-09
No comments:
Post a Comment